Nyawaku pun, yah.. sepertinya bagitu. Jikalau aku tidak menghargai sendiri dan menjaganya.. pastilah bagai kapas itu. Tak bermakna. Tiada arti.

Begitulah Indonesia !!

Tidak hanya nyawaku saja, puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan penduduk di negeri “terkorup” ini sama saja. Yah.. tentu saja pengecualian bagi yang bias “mengecualikan diri” mereka sendiri dengan segala yang dianggap miliknya, meski sebenarnya tak seperti itu..

Itupun masih dengan sebuah syarat seperti sebuah keberuntungan dalam permainan judi. Yah.. permainan judi, dan nyawa manusia adalah taruhanya.

Dalam waktu 2 tahun terakhir ini, terhitung sejak bapak SBY menjadi orang nomor 1 di negeri “terkorup” yang pejabatnya tak malu lagi untuk berjalan diatas penderitaan rakyat jajahanya yang berdiri atas nama “wakil” rakyat itu sendiri, bencana alam seakan tidak ada hentinya, seperti lagu “Bhineka Tunggal Ika” yang kalau tidak salah ingat, liriknya seperti ini “ sambung menyambung menjadi satu…” dan berapa ribu nyawa melayang atas nama korban itu sendiri.

Tsunami di Aceh dan Sumatra, Gempa di Jogja, Lumpur Lapindo, Banjir di Sulawesi, tanah longsor, hamper merata di seluruh kepulauan di Indonesia.

Seakan alam pun menolak atas apa yang terjadi di negeri ini. “Alam telah memberi tanda dan petunjuk yang jelas” itu juga bagi orang** yang meu sadar dan menyadarinya. Yang tentu saja, jika mau berfikir dan memikirkanya..

Ini bukan lagi bencana, tetapi lebih arif jika disebut “peringatan” atau malahan sebagai “azab” ?? Astaghrifullahal adzim..

Indonesia, Never Ending Bencana..

Lihat saja berita-berita di media untuk beberapa tahun terakhir ini, hamper semua berita yang tersaji di setiap pagi, siang, sore bahkan tengah malam.. bukanlah berita yang membuat kita bersemangat dan bangga. Berita** yang tersaji hamper bisa di pastikan isinya dan pastilah membuat sarapan menjadi tidak berselera. Bahkan hanya akan memabah umpatan** kecil tak berguna yang sama sekali tidak mendatangkan manfaat, apalagi pahala..

Tepat di awal tahu ganjil ini, kita dikejutkan tenggelamnya kapal senopati nusantara yang memakan korban ratusan orang. Tak berselang lama, Pesawat Adam Air menghilang secara misterius. Tragis memang, selalu saja audit atas ketidak beresan kinerja dilakukan setelah kejadian. Koreksi atas semua perangkat yang terlibat baru dapat di ketahui dan di tindaklanjuti, setelah memakan banyak korban… Dan, akan sesalu seperti ini jika mulai sekarang tidak dirubah kinerjanya.

“Human Error”

Memang semua pejabat di negeri ini memang begini adanya.. SDM yang benar** kacaw dengan system yang kacaw pula. Seperti sebuah tabiat yang dibawa oleh individu sejak lahir, Seperti itulah jiwa orang** Indonesia terbentuk. Setelah menduduki sebuah jabatan di negeri ini, selalu saja lupa akan apa yang digembar gemborkan saat jadi mahasiswa dulu dengan segala idealisme pencerahanya. Yang setelah dihadapkan pada realita kehidupan dengan kekuasaanya itu, tidak lagi prinsip itu terpegang dengan kuat. Meskipun tahu / mengerti akan apa yang dilakukan, namun kekuatan syetan dan nafsu berdiri diatasnya. Lebih kuat. Dan tanpa sadar, apa yang ia emban yang menjadi tanggungjawabnya akan disepelekan, diremehkan dan.. akan semakin terlena dengan dosanya itu.

Pejabat dan Penjahat.. keduanya memilikin batas yang sangat tipis.. hamper tak bias dbedakan malahan..